Ma’had Aly Andalusia merayakan momen bersejarah saat melangsungkan wisuda perdana angkatan pertamanya pada Senin, 28 Oktober 2024. Di tengah prosesi yang penuh khidmat, Mu’rijul, seorang mahasantri asal Randegan kelahiran 3 Oktober 2000, berhasil meraih gelar Mumtaz atau Cumlaude, sebuah prestasi yang menjadi buah dari perjalanan panjangnya sebagai santri Andalusia sejak tingkat SMP, SMA, hingga jenjang Ma’had Aly—total 10 tahun yang ia jalani penuh dedikasi dan cinta pada ilmu.
Saat diwawancarai, Mu’rijul menyampaikan rasa syukur dan kebahagiaan atas pencapaian tersebut. “Ini semua atas taufik dari Allah. Saya merasa tertantang dalam proses belajar di Ma’had Aly, terutama melalui metode sorogan langsung dengan Abah KH. Zuhrul Anam. Di sini, kami belajar secara mendalam, diuji untuk memahami inti dari setiap ilmu,” ungkapnya.
Salah satu tantangan yang dihadapinya selama belajar adalah membagi waktu antara menjadi ustad yang mengajar santri junior dan tetap aktif sebagai mahasantri. “Saya belajar memprioritaskan mana yang lebih penting serta membagi waktu sebaik mungkin,” jelas Mu’rijul. Dalam hal belajar, ia adalah sosok yang lebih suka menyendiri di tempat yang tenang dan sunyi, memungkinkan fokusnya terjaga pada pelajaran.

BACA JUGA ;
Mu’rijul mengungkapkan kecintaannya yang mendalam pada ilmu aqidah, sebuah disiplin yang, menurutnya, mampu mengubah cara pandang dan pemikiran. Kitab Ummul Barohin menjadi materi favoritnya, memperkaya pemahamannya akan aqidah dan memberikan panduan prinsip yang kokoh. Bagi Mu’rijul, belajar aqidah bukan hanya soal memahami teori tetapi juga aplikasi yang kuat untuk kehidupan. Tak hanya aqidah, ilmu mantiq (logika) juga menjadi bidang lain yang ia cintai karena keduanya memberinya cara berpikir yang kritis dan terstruktur.
Mu’rijul pun menyebut Syaikh Adham Al-Asyimi dari Syam sebagai sosok yang ia idolakan, dan sering ia jadikan panutan dalam mempelajari aqidah dan berbagai cabang ilmu lainnya. Melalui video kajian berbahasa Arab di YouTube, ia menimba ilmu dan memperdalam pemahaman. Dari syaikh tersebut, Mu’rijul mendapatkan kutipan berkesan yang selalu ia pegang:
مَنْ لَمْ يَعْرِفْ لُغَةَ العَرَبِ لا يُوثَقُ بِعِلْمِهِ (“Barangsiapa yang tidak bisa bahasa Arab, maka ilmunya tidak dapat dipercaya”). Kutipan ini baginya adalah pengingat untuk terus memperdalam Bahasa Arab sebagai fondasi dari ilmu-ilmu Islam yang ia tekuni.
Mu’rijul juga berbagi motivasi kepada para santri yang masih dalam proses belajar, mengingatkan mereka untuk terus bersemangat, “Belajar itu harus dengan niat dan keinginan sendiri, jangan hanya karena disuruh.” Ia menambahkan, “Syaikh Thoha Abdul Wahab Ar-Rasikh adalah sosok yang berperan penting dalam menanamkan kedisiplinan dan melengkapi pendidikan kami di Ma’had Aly.” Bagi Mu’rijul, sosok seperti Syaikh Thoha yang mendisiplinkan dan menginspirasi adalah teladan yang selalu ia kagumi.
Ke depan, Mu’rijul mempertimbangkan untuk tetap mengabdi di Andalusia, sekaligus membuka peluang untuk melanjutkan studinya di jenjang S2 di Yordania. Cita-citanya adalah menyebarkan aqidah Ahlusunnah wal Jamaah yang ia cintai dan kuasai, memperdalam ilmunya, dan memberikan manfaat lebih luas bagi umat.
tim penyusun :
- Hamid Musthofa
- Muhamad Hisyam Abdillah
- Ihsanul Kamal
- Miftah Athoillah
SUMBER ; Dari Wawancara Langsung
BACA JUGA :
Tinggalkan Balasan