Banyumas, 20 Oktober 2025 — Langit pagi di Andalusia hari itu begitu teduh, seolah tahu bahwa hari ini bukan hari biasa. Di halaman pesantren, barisan mahasantri tampak berarak dengan langkah penuh haru. Sorak bahagia, kibaran bendera, dan denting marching band mengiringi langkah-langkah menuju puncak perjalanan panjang, Wisuda Ke-2 Ma’had Aly Andalusia. Sebanyak 47 mahasantri resmi dikukuhkan sebagai lulusan bergelar Sarjana Sastra Arab (S.Sa.), gelar akademik yang baru diakui pemerintah sejak tahun 2024. Momen ini menjadi tonggak penting bagi Ma’had Aly Andalusia, menandai keberhasilan perjuangan panjang untuk menjadikan ilmu pesantren sejajar dengan perguruan tinggi umum.

Prosesi dimulai dengan arak-arakan penuh warna. Balon-balon dilepaskan ke langit oleh Gus Muhammad Anding Zuhrul Anam Hisyam dan Ning Iqlima Fairuz Zuhrul Anam, simbol cita-cita yang terbang tinggi, membawa harapan dan doa agar ilmu yang diperoleh menjadi berkah. Rombongan masyayikh turut menyertai dalam mobil klasik terbuka. Suasana berubah khidmat saat acara dibuka di auditorium. Lagu Indonesia Raya dan Kenangan Andalusia bergema, disusul pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan pembacaan SK kelulusan.
Dalam sesi sambutan yang penuh makna, Ali Ansori, S.Pd.I., M.Pd., Ketua Tim Bidang PD Pontren Kanwil Kemenag Jawa Tengah, menyampaikan pidato yang menggugah haru dan reflektif. Suaranya tegas namun teduh, seolah membawa napas panjang dari perjuangan yang tak pernah sederhana dalam memperjuangkan pengakuan Ma’had Aly Andalusia.
“Kami berjuang kurang lebih sepuluh tahun agar Ma’had Aly diakui secara resmi oleh pemerintah,” ujarnya dengan rasa syukur yang mendalam. “Dan alhamdulillah pada 2024 kemarin, perjuangan panjang itu akhirnya membuahkan hasil.”
Kalimat itu disambut tepuk tangan panjang dari hadirin. Sebab di balik pengakuan resmi ini, tersimpan kerja keras, doa, dan ketulusan para pejuang pendidikan pesantren. Perjuangan itu bukan sekadar urusan administratif, melainkan upaya mempertahankan marwah ilmu warisan ulama agar tetap hidup dan diakui oleh negara. Dalam bagian akhir sambutannya, Ali Ansori memberi pesan hangat untuk para wisudawan dan wali santri:
“Jangan khawatirkan masa depan anak-anak panjenengan. Santri itu, ditanam di mana pun, pasti tumbuh,” tuturnya lembut, menegaskan keyakinan bahwa fondasi ilmu dan akhlak yang tertanam di pesantren akan selalu berbuah, dimanapun mereka berada.
Beliau menekankan pentingnya menjaga adab ketika para lulusan kembali ke masyarakat:
“Ketika pulang nanti, jangan langsung bergerak. Ibarat seseorang yang habis terpapar sinar matahari terik jam 12 siang di lapangan, langsung bergerak bisa tersandung atau tertabrak keadaan. Berdiam sejenak, adaptasi, lihat situasi, kenali siapa sesepuhnya, siapa ustadznya, dan pahami tradisi di lingkungan masing-masing. Dan santri belum kaffah { belum sempurna } kalau belum memondokkan anaknya sendiri.”
Ali Ansori menjelaskan bahwa istilah “santri belum kaffah” berarti seorang santri belum sempurna dalam pengamalannya bila belum menanamkan nilai-nilai pesantren pada generasi berikutnya, termasuk dengan memondokkan anak-anaknya, agar tradisi dan adab pesantren tidak luntur, khususnya di kalangan santri kota yang cenderung tidak memondokkan anaknya. Beliau juga menegaskan pentingnya keberlanjutan pendidikan pesantren:
“Nanti ketika memondokan anaknya, percayakan pada Pondok Pesantren At-Taujieh 2 Andalusia. Di sini, nilai-nilai akhlak, disiplin, dan pengabdian tetap terjaga, sehingga anak-anak kita dapat melanjutkan perjuangan dan menjaga marwah pesantren.”
Selain itu, Ali Ansori menambahkan fakta yang menguatkan keyakinan orang tua:
“Saat ini, sudah sekitar 36 alumni Ma’had Aly Andalusia yang menjadi Pegawai Negeri Sipil di berbagai instansi. Ini menunjukkan bahwa pendidikan pesantren tidak hanya membentuk karakter, tetapi juga memberikan bekal profesional yang nyata.”
Pesan beliau menekankan bahwa ilmu bukan hanya sekadar pengetahuan, tetapi juga tanggung jawab dan keberlanjutan. Santri yang kembali ke masyarakat harus bijak, menghormati guru dan sesepuh, serta memastikan nilai-nilai pesantren terus hidup melalui generasi berikutnya.
Ucapan beliau disambut dengan senyum lirih, tatapan penuh makna, dan tepuk tangan hangat dari hadirin, menjadi pengingat bahwa sanad dan adab adalah jiwa dari ilmu itu sendiri. Sambutan Ali Ansori menjadi salah satu momen yang meneguhkan bahwa Wisuda Ke-2 Ma’had Aly Andalusia bukan sekadar seremoni kelulusan, melainkan perwujudan dari perjuangan panjang, doa yang tulus, dan cinta yang tumbuh di tanah pesantren.
kabar Terkini dari Ma’had Aly Andalusia Leler Banyumas
Ikuti perkembangan terbaru seputar akademik, kegiatan santri, dan dinamika organisasi di Ma’had Aly Andalusia melalui website resmi: maalyandalusia.ac.id. dan malyjurnalistik.com
Temukan informasi aktual, artikel inspiratif, dan liputan kegiatan langsung dari sumbernya. Jangan lupa ikuti juga media sosial kami untuk update cepat dan konten menarik setiap harinya.
Follow Media Sosial
Tinggalkan Balasan