Di tepi sungai Tigris, di kota kecil Tikrit, tahun 1137 atau 1138, lahirlah seorang anak yang kelak mengubah arah sejarah. Namanya Yusuf ibn Ayyub. Ia lahir bukan di istana, melainkan dalam kesederhanaan, namun garis takdir menempatkannya di panggung sejarah dunia. Ayahnya, Najm ad-Din Ayyub, adalah seorang bangsawan Kurdi yang dikenal jujur, sedangkan pamannya, Asad ad-Din Shirkuh, adalah seorang panglima perang ulung. Dalam lingkar keluarga inilah Yusuf tumbuh, menyerap ilmu agama dari para ulama dan keterampilan militer dari para kesatria. Sejak kecil ia sudah memahami bahwa iman dan strategi adalah dua sayap yang harus mengepak bersama.
Perjalanan menuju takdirnya bermula saat ia mengikuti Shirkuh ke Mesir, dalam misi yang diutus oleh Nur ad-Din Zangi. Tahun 1169, Shirkuh wafat, dan jabatan wazir berpindah ke Yusuf yang masih muda. Dari kursi kekuasaan itu ia mengambil langkah berani menghapus kekhalifahan Fatimiyah yang telah berusia hampir dua abad, dan mengembalikan Mesir kepada naungan khalifah Abbasiyah. Tindakannya bukan sekadar manuver politik, tetapi sebuah langkah penyatuan umat yang telah lama tercerai-berai oleh kepentingan dan fanatisme mazhab. Satu demi satu wilayah bergabung dalam kepemimpinannya. Mesir, Suriah, Yaman, dan Hijaz menjadi bagian dari kekuatan yang ia bangun. Namun, puncak ujian kepemimpinannya datang pada 1187. Di padang Hattin, ia menutup rapat jalan keluar pasukan Salib, memutus suplai air, dan memaksa mereka menyerah. Kemenangan itu membuka pintu menuju Baitul Maqdis. Tetapi di sanalah kemuliaan sejatinya diuji dan ia lulus dengan cemerlang.
Baha’ ad-Din ibn Shaddād, yang menyertainya dalam banyak peristiwa, menulis: “Saat kota itu jatuh, beliau meneteskan air mata. Aku mendengar beliau berkata, ‘Kita tidak datang untuk menumpahkan darah, tetapi untuk mengembalikan rumah suci ini kepada pemiliknya yang sah, dan menjaga kemuliaan semua manusia di dalamnya.’” Maka tak ada pembantaian, tak ada pembalasan dendam. Gereja-Gereja dibiarkan berdiri, dan umat Nasrani diberi pilihan: tinggal dengan aman atau pergi dengan jaminan keselamatan.

Sikapnya membuat musuh hormat. Richard the Lionheart, raja Inggris, menulis surat penuh penghargaan kepadanya. Ketika Richard sakit, Salahuddin mengirim buah, es, dan obat-obatan. Ibn Shaddād kembali mencatat: “Beliau lebih gembira melihat seorang musuh sembuh daripada melihatnya terkapar tak berdaya.”
Meski menguasai wilayah luas dan kekuatan besar, Salahuddin hidup sederhana. Ia tidak membangun istana megah untuk dirinya. Harta yang datang kepadanya segera mengalir untuk membiayai pasukan, membangun madrasah, dan memberi sedekah kepada yang membutuhkan. Ketika wafat pada 4 Maret 1193 di Damaskus, ia hanya meninggalkan beberapa keping dinar, baju perang, dan kain kafan. Seorang pengiring berkata: “Beginilah seorang raja yang memerintah dunia, namun bertemu Tuhannya tanpa membawa dunia itu bersamanya. ”Sejarah menempatkan Salahuddin sebagai lambang kesatria sejati bukan karena jumlah kemenangannya, tetapi karena cara ia menang. Ia menunjukkan bahwa kejayaan sejati bukanlah menaklukkan kota, melainkan menaklukkan nafsu untuk menghancurkan. Dalam dirinya, pedang dan rahmat berdiri berdampingan; kekuatan dan kelembutan bersatu dalam satu jiwa.
Hari ini, namanya terus disebut, bukan hanya di masjid-masjid Damaskus atau Kairo, tetapi juga di halaman-halaman sejarah Barat. Salahuddin al-Ayyubi menjadi cahaya yang membelah gelapnya dendam perang, mengajarkan bahwa kemenangan terbesar adalah kemenangan yang lahir dari keadilan dan kasih sayang. Dan seperti doa yang terus dibisikkan oleh generasi demi generasi, warisannya akan mengalir selamanya, melintasi waktu, hingga hari di mana pedang tak lagi diperlukan, dan cahaya keadilan menjadi milik semua.
editor: Alfina Chalimatus
Kabar Terkini dari Ma’had Aly Andalusia Leler Banyumas
Ikuti perkembangan terbaru seputar akademik, kegiatan santri, dan dinamika organisasi di Ma’had Aly Andalusia melalui website resmi: maalyandalusia.ac.id. dan malyjurnalistik.com
Temukan informasi aktual, artikel inspiratif, dan liputan kegiatan langsung dari sumbernya. Jangan lupa ikuti juga media sosial kami untuk update cepat dan konten menarik setiap harinya.
Follow Media Sosial
Tinggalkan Balasan