Banyumas, 1 Juni 2025 , Setelah pada malam sebelumnya menyampaikan daurah terbuka di Aula Pusat yang diikuti oleh seluruh santri Andalusia, Prof. Dr. Mariam Ait Ahmed kembali hadir dalam daurah ilmiah khusus bagi mahasantri Mahad Aly Andalusia pada Ahad siang menjelang sore. Berlangsung dalam suasana khidmat dan intensif, sesi ini menjadi momen eksklusif yang memeluk jiwa-jiwa lelah, menyegarkan semangat, dan membangkitkan kesadaran mahasantri akan jati dirinya sebagai penuntut ilmu dalam Islam.


Berbeda dengan daurah umum, daurah khusus ini disampaikan sepenuhnya dalam bahasa Arab tanpa penerjemahan. Hal ini didasarkan pada latar belakang para mahasantri yang memiliki basic kebahasaan Arab yang mumpuni, sekaligus menjadi sarana praktis dalam meningkatkan kualitas uslub bahasa serta menambah wawasan kebahasaan secara langsung dari seorang akademisi asal Timur Tengah.
Prof. Mariam memulai daurah dengan menjelaskan salah satu metode pembelajaran Islam yang telah digunakan oleh para ulama salaf selama berabad-abad, yaitu منهج العلاقة بين الشيخ والمريد atau yang dikenal sebagai manhaj mulazamah (keterkaitan antara guru dan murid). Metode ini menjadi dasar dalam tradisi belajar Islam, di mana murid menempuh perjalanan ilmu dengan jiddiyyah (kesungguhan) tinggi serta menjalin keterikatan ruhani dan ilmiah yang kuat dengan sang guru. Berbeda dengan mereka yang hanya berorientasi pada syahadah (ijazah), hubungan murid dengan ilmu dan gurunya akan terus terhubung dan tumbuh.
Prof. Mariam menekankan bahwa jika tujuan belajar seseorang hanya untuk meraih ijazah, maka ketika ijazah itu selesai, hubungan dirinya dengan ilmu pun ikut terputus. Ia mungkin akan menjadi pekerja (muwaẓẓaf), namun tidak akan mencapai derajat ‘ālim. Seorang ‘alim akan dikenang oleh sejarah, baik melalui murid-muridnya maupun karya-karya tulisnya. Adapun seorang pegawai, namanya akan dikenal hanya selama berada dalam jabatannya; ketika masa tugasnya selesai, gelar dan pengaruhnya pun ikut sirna.
Daurah kemudian dilanjutkan dengan penanaman dua pertanyaan reflektif yang diharapkan menjadi manhaj berpikir para mahasantri Mahad Aly Andalusia. Pertama, من أنا؟ — “Siapa aku?” yang bermakna lebih dalam dari sekadar identitas pribadi. Pertanyaan ini mendorong setiap mahasantri untuk merenungkan siapa dirinya dalam Islam, serta sejauh mana kontribusi yang telah ia berikan bagi agama. Kedua, ماذا أريد؟ — “Apa tujuanku?” yang mengajak mahasantri untuk memiliki tujuan yang jelas dan progres yang terukur dalam hidupnya. Masa depan bukan hal yang datang tiba-tiba, melainkan sesuatu yang disiapkan sejak dini melalui visi dan perencanaan.
Daurah ditutup dengan sesi tanya jawab interaktif antara peserta dan Prof. Mariam. Para mahasantri menyampaikan pertanyaan yang tajam, kritis, dan reflektif, menunjukkan antusiasme dan semangat untuk memahami lebih dalam arah pencarian ilmu mereka. Sesi ini berlangsung hangat dan penuh inspirasi, memperkuat hubungan ilmiah sekaligus ruhiyah antara peserta dan narasumber.
Melalui daurah ini, Mahad Aly Andalusia meneguhkan kembali posisinya sebagai lembaga yang tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga serius dalam membentuk karakter dan kesadaran intelektual para mahasantrinya. Sebab menjadi mahasantri bukan sekadar menyelesaikan jenjang pendidikan, tetapi membangun visi hidup yang berakar pada ilmu, berorientasi pada amal, dan tertuju kepada ridha Allah.
Oleh : Khumairo
Kabar Terkini dari Ma’had Aly Andalusia Leler Banyumas
Ikuti perkembangan terbaru seputar akademik, kegiatan santri, dan dinamika organisasi di Ma’had Aly Andalusia melalui website resmi: maalyandalusia.ac.id. dan malyjurnalistik.com
Temukan informasi aktual, artikel inspiratif, dan liputan kegiatan langsung dari sumbernya. Jangan lupa ikuti juga media sosial kami untuk update cepat dan konten menarik setiap harinya.
follow Media Sosial
Tinggalkan Balasan